Ada sebuah makam tua di daerah Ngliman-Nganjuk yang konon disebut makam "Mbah Ngliman". Makam ini bercorak Sywa-Budha sehingga diperkirakan orang yang dimakamkan berasal dari jaman Majapahit. Adanya sebuah pohon bodhi yang ditanam di lokasi makam mengisyaratkan bahwa orang yang dimakamkan bukanlah orang sembarangan, pastilah dia orang yang besar di jamannya.
Dalam wewaler (pesan spiritual) yang dijaga kerahasiaannya selama 650 tahun terungkap bahwa makam tsb tidak lain adalah makam dari Patih Agung Majapahit yakni Gajah Mada. Selama ini masyarakat awam percaya bahwa Gajah Mada moksa (murca) di air terjun Madakaripura-Probolinggo dalam semedinya. Namun cerita ini lebih bernuansa mitos / legenda dan tidak ada bukti arkeologisnya.
Sedangkan proses pembuktian sejarah yang sedikit demi sedikit mulai dilakukan oleh segelintir budayawan kian mendukung kebenaran makam Mbah Ngliman ini. Walau harus diakui masih banyak misteri yang belum terungkap karena pro kontra tentang apakah sudah tiba atau belum habis masa wewaler. Konon bila wewaler diungkap sebelum waktunya akan mendatangkan celaka. Salah seorang budayawan senior Kota Nganjuk, Drs. Harmadi, dalam bukunya "Wewaler Ki Ageng Ngliman" dan "Misteri Mukso Mahapatih Gajah Mada", mengungkapkan bahwa sosok Ki Ageng Ngliman sebenarnya adalah sosok pahlawan legendaris dari Kerajaan Mojopahit yaitu Maha Patih Gajah Mada. Dalam kedua buku tersebut dipaparkan kajian historis dan arkeologis yang mendukung pernyataan tersebut.
Berdasarkan ilmu "gothak gathuk mathuk", kata Ngliman berasal dari kata Liman = Gajah. Sedangkan Patih Gajah Mada dikenal sebagai duda yang tidak kawin, sehingga nama Air Terjun di Ngliman dinamakan Seduda. Terlebih lagi dalam filsafat Surya Majapahit, daerah tsb dipercaya sebagai salah satu cakra penting tanah Jawa. Cakra di sini berarti pusat energi yang menjadi penyeimbang gerak alam. Hal ini saling bertalian dengan makam perabuan Prabu Hayam Wuruk yang ada di Candi Ngetos yang berdekatan dengan Nglman. Susunan cakra ini berhubungan erat dengan letak Gunung Wilis dan Keraton ganda Majapahit di Daha yang dari masa ke masa selalu menjadi penyeimbang Keraton Kahuripan di Trowulan.
Bila misteri mistik tempat ini diungkap luas, entah apa yang akan terjadi dengan Pulau Jawa. Hari-hari ini ada semacam persamaan banyak jangka (ramalan) Jawa Kuno yang jatuh masa klimaknya. Tepatnya akhir masa kaliyuga (kegelapan). Jadi apakah fenomena wewaler Mbah Ngliman ini ada hubungannya dengan janji Sabdo Palon, Jangka Jayabaya, dan Ronggowarsito? Belum diketahui pasti. Tentu penelusuran ini tidak cukup hanya mengandalkan metode formal, namun juga diperlukan suatu perjalanan spiritual yang dalam.
Pada awal tahun 2011, saya sempat berkunjung ke makam Mbah Ngliman untuk memberikan penghormatan pada tokoh besar ini. Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan dari kamera hp amatiran:
Pintu masuk makam "Mbah Ngliman". Tampak rangkaian anak tangga yang merupakan jalan masuk menuju makam Ki Ageng Ngliman. Sosok yang diduga tak lain dan tak bukan adalah Mahapatih Gajah Mada yang tersohor dari Kerajaan Majapahit.
Konon setiap orang yang melewati tangga tersebut tidak pernah dapat menghitung ulang dengan sama benar jumlah anak tangga yang ada (saya belum mencobanya karena naik tangga sebanyak ini cukup bikin nafas ngos-ngosan).
Akhirnya nyampek juga di depan gapura makam Ki Ageng Ngliman setelah meniti puluhan anak tangga. Sebenarnya ada dua makam Ki Ageng Ngliman, satunya Gedong Kulon, satunya Gedong Wetan (yang ada di foto ini).
Janggalnya, tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai Ki Ageng Ngliman Gedong Wetan ini. Saat saya tanya abdi dalem makam, siapa sebenarnya Ki Ageng Ngliman ini, beliau hanya tersenyum saja.
Tapi dilihat dari gaya gapura tampak jelas bahwa ada relief patung budha dan arca dwaralapa, menunjukkan bahwa tokoh yang dimakamkan di sini adalah tokoh besar dari jaman Kerajaan Majapahit (sebelum masa Kerajaan Demak Bintoro).
Wah saya tidak boleh mengambil foto makam Ki Ageng Ngliman (katanya kalau melanggar kena petaka), wah ngeri... manut aja deh! Setelah masuk ke dalam ada sebuah nisan dengan sebuah peti terbungkus kain kafan putih kumal, aroma bunga dan sesaji sungguh pekat, terlebih atmosfer mistik yg kuat. Beberapa orang tampak duduk bersila berdoa dengan kusuk, sambil membaca ayat-ayat Qur'an, walau saya tau mereka sebenarnya datang untuk "ngalap berkah" (pesugihan).
Saya hanya duduk diam mematung sambil mengamati makam di hadapan saya. Dalam hati terhenyak dalam heran: andaikan benar..... seorang tokoh besar dari jaman Kerajaan Majapahit Mahapatih Gajah Mada, mengasingkan diri dalam pertapaan di tempat sederhana dan dmakamkan tanpa nama dan asal-usul. inikah artinya MOKSA sesungguhnya??
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !